Selasa, 19 Oktober 2010

makna lebaran..??

         Lebaran tahun ini rasanya berlalu begitu saja tanpa makna tanpa kesan. hhe, emangnya tiap lebaran harus punya makna? Ya, bukannya gitu, cuman tahun ini aku kayak kehilangan orientasi memaknai lebaran. Nggak  ada perasaan apa-apa menjalani lebaran ini. Bahagia?? Ia sii, tapi nggak bisa sebahagia dulu.

        Kalo’ direnungkan katanya lebaran merupakan hari KEMENANGAN, tapi kemenangan dari apa? Kata USTADZ sii kemenangan melawan hawa nafsu. Emang bener? Tepatnya apa bener aku udah menang melawan hawa nafsu? Kalau dipikir-pikir kayaknya kok enggak sampe segitunya juga yak.

       Kalo’ direnungkan lagi…katanya lebaran itu momen untuk saling bermaaf-maafan. Wah, kalau yang ini, aku nggak setuju. Masak mau meminta maaf aja nunggu lebaran dulu? Bagusnya kan pas kita berbuat salah langsung minta maaf (kalau udah sadar, kalau belum? Ya nunggu lebaran?!?!). hhaha...

Walaupun sebenernya aku masih bingung buat memaknai lebaran tahun ini, tapi aku seneng bisa kumpul sama keluarga. Salah satunya kayak yang di bawah ini.





          Itu foto pas lagi keliling komplek, aku sama sepupuku masih sempet-sempetnya foto, padahal yang laen lagi sibuk maaf-maafan. Tapi nggak papa, seneng rasanya bisa kumpul lagi sama keluarga pas lebaran, yaa...walaupun sebelumnya sempet demam 5 hari, untungnya puasaku nggak bolong.

ayah

ingatkah kita...
saat hembusan angin sayangnya...
membisikkan kata keteduhan pada jiwa kita...
saat ia segarkan kembali semangat kita yang hampir layu...
ia bagaikan sesosok malaikat..
yang menentramkan jiwa kita..
seorang ayah tak pernak menuntut apapun dari kita..
tapi, kenapa kita selalu menuntut lebih..
tanpa memikirkan bagaimana perasaannya..
tanpa memikirkan bagaimana usahanya untuk membuat kita bahagia..
seorang ayah bisa memahami perasaan anaknya..
tapi apa anaknya bisa memahami perasaan ayahnya..
seorang ayah selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya..
akankah kita membiarkan ayah kita kecewa dan terjatuh karena kita..
akankah kita membiarkan air matanya menetes karena kita..
dan akankah kita membuat ayah kita bangga...


   untukmu, ayahku...
 

Ayah...
walaupun langit semakin menua
dan usiakupun mulai terkikis
tapi cintaku,kan slalu bersinar
bagaikan mentari,
yang setia menemani pagi

Ayah...
maafkan aku
ketika ku menumpahkan kesal dengan suara kerasku
ketika ku terlalu banyak mengabaikanmu
bolehkah ku bersujud dan bersimpuh di hadapanmu
'tuk tebus semua khilafku

Ayah...
Izinkan aku bersujud di pangkuanmu
merasakan hangatnya pelukmu
walaupun nyawaku harus ku korbankan
demi mendapat sedetik pelukmu
akan ku lakukan itu
untukmu, ayahku...


mencari teladan...

         Rasanya nggak mudah buat nyari teladan di dunia yang nggak sempurna ini. Atau mungkin, emang nggak perlu?.. soalnya pasti ada kekurangan dari siapapun orang yang kita anggep ‘pantes’ buat jadi teladan. Mau presiden, penulis, penyair, bahkan ustadz sekalipun.

         Ustadz??... kayaknya belum lama pas ‘AA ...’ nikah lagi, banyak umat yang sebelumnya menjadikannya teladan terus nggak mau dateng ngaji lagi. Kita jadi umat ya aneh, maunya niru terus. Nggak mau nyoba buat ngembangin penalaran dan kreativitas diri sendiri.

belajar dari kekalahan

          Kadang kekalahan adalah cara terindah agar kita bisa lebih menghargai kemenangan setelahnya. Kebahagiaan bisa kita nikmati hanya dengan mensyukuri bahwa saat bangun pagi,rasa lelah di tubuh kita hilang. Saat kita masih bisa melihat senyum dari orang-orang yang kita sayangi.

          Lain lagi jika kita memang tergolong manusia-manusia sakit. Yang merasa harus mencapai puncak prestasi tertinggi baru terpuaskan. Atau mencoba hal-hal mustahil dulu baru merasa senang. Manusia-manusia yang nggak realistis yang menginginkan realitas hidup mengikuti suara hatinya.
     

Gimana yaa.. cara nentuin tujuan yang jelas??

Kalo’ kita mau mecahin masalah, bakal lebih simpel kalo’ kita tahu batas-batasnya. Jadi, kita nggak berfikir terlalu luas. Kita juga bisa fokus sama upaya dan tujuan yang kita capai. Nah.. tujuan itu yang nantinya akan mandu otak kita baik secara sadar atau enggak untuk cari jalan keluar atas permasalahan yang kita hadapi.
Penyakit yang bisa ngebuat otak kita ngadat adalah kebiasaan kita yang suka nunda-nunda kerjaan. Atau kalo’ nggak gitu ngerjainnya cuman setengah-setengah. Apalagi kalo’ ada pekerjaan yang kita kerjain bareng-bareng. Tanpa prioritas yang tepat, ini semua bisa jadi beban yang ngebuat otak kita ngadat.
Makanya, penting juga kalo’ kita nyiptain suasana belajar dengan lingkungan yang kondusif biar mood bisa lebih sering dateng. Atmosfir kayak gitu bisa buat fisik dan psikis kita nyaman, nggak tertekan. Ada yang bilang kalo’ orang yang punya ruang belajar berantakan kreatif, aku nggak bisa nyalahin penilaian itu, tapi kalo’ menurut aku kebersihan dan kerapian tempat belajar bisa berguna untuk merangsang otak kita untuk menata file didalamnya jadi kita mudah untuk mengakses kapanpun kita butuhkan.

Selasa, 12 Oktober 2010

Jadi yang terdepann...

          Satu sikap mental yang harus dimiliki oleh seorang ilmuan adalah inovatif. Artinya nggak sekedar ngikutin arus yang dibawa zaman, tapi jadi pioneer yang berani melakukan perubahan untuk sesuatu yang baru, seenggaknya lebih baik meskipun kadang harus duluin zamannya.    
          kata Steve Jobs : innovation distinguishis between leader and followers. Hanya ide-ide inovatiflah yang akan membuat kita unggul dalam kompetisi kreativitas.    
          Tanpa inovasi, komputer bakalan tetep berbobot1,9 ton kayak penemuan pertamanya. Jogja-Jakarta bakal kita tempuh berminggu-minggu naik kuda dan bukan 55 menit naik pesawat kayak sekarang. Inovasi adalah suatu keniscayaan buat mereka yang ingin bisa survive di atas abad informasi ketika segala sesuatunya bergerak cepat dalam hitungan sepersekian detik.

Tuhan = persangkaan kita

          Kadang kita merasa tak berdaya dalam menghadapi maslah yang hadir di kehidupan kita. Bisa jadi masalah sepele, sedang atau bahkan gawat. Banyak hla terjadi di luar kehendak kita, yang celakanya dalam pandangan awam : terasa begitu menghancurkan. Kita sering menudingnya dengan ketidakadilan Tuhan. Kita tak bercemin ke dalam, kita menghancurkan cermin di luar diri kita. Kita meradang, menuding-nuding langit, berharap Tuhan mendengar bahwa kita sedang di dholimi oleh takdirNya.
          Hidup terasa begiru sempit. Khawatir, cemas, jantung berdebar-debar, takut, bencana selalu membawa cemas sampai tulang belulang. Kita ingin bebas dari derita, kita ingin hidup bahagia, kita ingin selamat dunia-akhirat. Bahaya dari peristiwa yang terjadi beberapa waktu terakhir seolah hanya seujung kuku di depan hidung kita. Mengintai bagai burung bangkai kelaparan.
Tuhan tidak akan tidur membiarkan semua derita kita ini. Masih banyak saudara kita yang lebih menderita daripada nasib terburuk yang kita alami. Pilihannya adalah kit mau sedih dan mengrung diri di kamar mandi atau tabah menyongsong tantangan hidup dengan mata terbuka. Jika bencana hadir, seribu tangisan tak menolong.

Tuhan sang penggoda...

          Ada hari-hari di mana tak semua harapan-mu terpenuhi. Ada hari-hari dimana kebahagiaan seolah hanya di takdirkan untuk orang lain, bukan untukmu. Ada hari-hari dimana saat begitu dibutuhkan, tema-teman terdekat menjadi yang paling jauh. Dan ada hari-hari dimana engkau merasa telah melakukan segalanya sebaik-baiknya, mengikuti dengan hati-hati semua jalan Tuhan, tapi yang engkau terima adalah duka cita. Kehidupan menawarkan pilihan-pilihan, dengan kadar rasa sakitnya masing-masing. Niat baik saja tidak cukup untuk membawa seseorang kembali ke hadirat Tuhan dengan rela dan direlakan.Tuhan nggak butuh apa saja yang kita korbankan. Dia bisa menciptakan segala sesuatu yang jauh lebih besar, lebih bagus, lebih dahsyat hanya dalam hitungan tak terhingga detik.

Senin, 04 Oktober 2010

curhatnya sahabatku... : )

Kadang hidup memang tidak selalu berpihak pada kita

tapi yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapinya,,

cinta memang sering menghampiri kita,,

tapi dia juga sering pergi meninggalkan kita,,

tanpa memikirkan bagaimana perasaan kita,,

dan apa jadinya kita tanpanya,,



    

“Dia datang saat ku tak mengharapkannya,,

dia ada saat ku tak membutuhkannya,,

dan dia memberiku cinta saat aku tak menginginkannya,,

tapi sekarang,,

saat aku mengharapkannya,,

ia tak datang,,

saat aku membutuhkannya,,

ia tak ada,,

dan saat aku menginginkan cintanya,,

ia tak memberinya,,



Aku ingin seseorang yang tidak sekedar menyayangiku,,

tapi juga mencintaiku,,

seseorang yang slalu ada untukku,,

tak pernah meninggalkanku,,

bukan seseorang yang hanya ada saat dia membutuhkanku,,

dan pergi saat dia merasa aku mengabaikannya,,

padahal dia tak tahu pasti bagaimana perasaanku,,

aku hanya menginginkan seseorang yang mencintaiku apa adanya,,

yang menganggapku samudra,,

walaupun sebenarnya aku hanya dermaga,,

Kadang ingin kku tinggalkan semua,,

rasa sakit saat aku mengingatnya,,

rasa rindu saat aku mengharapkannya,,

tapi apa daya, hati ini tak mampu lagi bersua,,”

(curahan hati seorang sahabat)